CIK TOGHOK
Buah-Buahan Khas di Kampong Kito
Disiko ambo mancubo manjoleen saketek tentang buah-buahan yang kodok kito makan dan banyak kito tomui di sekitar ladang-ladang kito dan di poghak-poghak kito yaitu nyo buah cik toghok bahaso kampong awaknyo. Sobob nan ambo tau buah cik toghok ge iyo jaghang batang nyo nyi, tapi di kampong kito ndak alang banyak tumbuh de. Untuk itu ambo hanyo sekedar ma agiah tau ka dunsanak kito apo bono nan buah cik toghok de, apo bahasa indonesianyo dan lain-lainnyo tentang buah cik thogok ge. Buah cik toghok ge dalam bahasa Indonesia sacaro umum di sobuik Buah Bendo atau banyak juo di sobuik Benda. Barikuik panjoleennyo lobi lanjuik :
Benda, tekalong, atau terap adalah sejenis pohon buah yang masih satu margadengan nangka (Artocarpus). Artocarpus adalah nama marga tumbuhan dengan anggota sekitar 50 spesies pohon, yang banyak dari antaranya menghasilkan buah yang dapat dimakan, seperti nangka, cempedak dan sukun. Marga yang tergolong ke dalam suku Moraceae ini memiliki wilayah asal-usul dari Asia Selatan, Asia Tenggara, Papua dan Kepulauan Pasifik selatan.
Kebanyakan anggotanya adalah pohon-pohon dengan kualitas kayu yang baik, sementara sebagian lagi berupa perdu. Lembar daunnya agak keras serupa kulit, dengan bulu-bulu halus terutama di sisi bawahnya, bervariasi dari yang berukuran kecil dan bertepi rata (misalnya pada cempedak) hingga yang berukuran besar dan berbagi dalam seperti pada sukun dan mentawa. Ujung ranting tertutup sepasang daun penumpu (stipulae) yang meruncing. Semua bagian, apabila dilukai, mengeluarkan getah yang lekat dan putih seperti susu.
Artocarpus bersifat monoesis (monoecious, berumah satu) di mana bunga jantan dan betina berada di satu pohon. Bunga jantan maupun betina tersusun dalam bulir. Setelah dibuahi, bunga betina akan berkembang menjadi buah majemuk (syncarp), kecil maupun besar sampai besar sekali (panjang sampai dengan 90 cm pada nangka).
Etimologi
Nama ‘Artocarpus’ berasal dari bahasa Gerika artos yang berarti roti dan karposyang berarti buah, terutama merujuk pada sukun yang menghasilkan buah tak berbiji serupa roti. Nama ini diberikan oleh Johann Reinhold Forster dan J. Georg Adam Forster, bapak dan anak ahli botani yang mengikut kapal HMS Resolutionpada pelayaran James Cook yang kedua.
Keragaman jenis
Marga Artocarpus telah direvisi pada sekitar tahun 1950an oleh F.M Jarret (Smithdkk. 1992) dan menurutnya terdiri dari dua anak marga, yakni Artocarpus danPseudojaca. Awal tahun 2000an marga ini telah ditinjau kembali oleh N.C. Zerega.
Beberapa contoh anggota marga Artocarpus, di antaranya:
- Artocarpus altilis (sukun, timbul, kulur)
- Artocarpus anisophyllus (mentawai)
- Artocarpus elasticus (benda, bendo)
- Artocarpus heterophyllus (nangka)
- Artocarpus integer (cempedak)
- Artocarpus odoratissimus (terap)
Mengenal ”Bendo” lebih dekat
Benda atau bendo memiliki ilmiah Artocarpus elasticus. Artocarpus elasticus masuk dalam Family Moraceae. Pohon ini mudah dikenali dari bentuknya yang besar, akarnya yang kokoh dan tingginya yang mencapai 50 meter. Setiap bagian dari pohon ini mengeluarkan getah berwarna putih susu. Pohon bendo biasanya tumbuh liar dari hutan di dataran rendah hingga ke hutan-hutan dengan ketinggian 1500 meter dari permukaan air laut. Pohon bendo juga banyak ditemukan di sepanjang tepi jalan. Pohon-pohon itu berkembang biak melalui bijinya. Pohon bendo banyak digunakan sebagai tiang rumah dan kapal. Kayunya juga dapat digunakan untuk membuat kayu lapis, papan, dan peti kemas. Kulit kayunya juga berserat memanjang, mudah dikupas dan dibuat tambang atau dijadikan dinding rumah, bubur kertas dan juga dimanfaatkan untuk membuat tekstil. Beberapa jenis obat tradisional dapat dibuat dari inti kayu dan getah pohon bendo. Bijinya dapat dijadikan minyak goreng dan campuran minyak rambut.
Buahnya mirip dengan buah timbul atau kulur, dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak panjang dan pendek, agak lengket. Nama ilmiahnya Artocarpus elasticus.
Pohon buah ini di Malaysia juga dikenal sebagai tekalong atau terap, namun jangan dikelirukan dengan terap Artocarpus odoratissimus. Benda di wilayahLampung juga disebut torop, di Jawa Barat dikenal sebagai teureup, dan dalambahasa Jawa dikenal sebagai bendhÄ.
Buah benda yang telah masak dimakan dalam keadaan segar, bijinya dapat dimakan setelah direbus atau digoreng. Getah benda sering digunakan sebagai perekat untuk menjerat burung.
Berikut ini adalah Keterangan tentang Buah Bendo (Artocarpus Elasticus)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Morales
Family : Moraceae
Genus : Artocarpus
Species :Artocarpus elasticus Reinw.ex Blume
Nama Daerah : Teureup (Sunda), selangking, tambang, basing, tekalongatau Terap(Malaysia); torop(lampung) ; Bakil, Danging, Pekalong, Pilang, Talun, Tap, Tekalong, Tarap, Terap, Terap hutan, Terap munyit (Borneo)
Deskripsi Pohon :
Bendo atau benda berhabitus pohon, tinggi 15-30 m, dari semua bagian mengeluarkan
lateks putih yang tebal
Akar & Batang
Akar : Perakaran tunggang, kuat, coklat. berbanir,
Batang : Batang tegak, bulat, percabangan simpodial,
bergetah putih, permukaan kasar, coklat.
Daun , Bunga, Buah dan Biji
Daun : Daun tunggal, berseling, lonjong, tebal, tepi bertoreh, ujung dan pangkal runcing, panjang 20-40 cm, lebar 15-25 cm, pertulangan menyirip, berbulu, hijau.
Bunga : Bunga Tunggal, berumah satu, bunga jantan silindris, panjang 5-15 cm, putih kekuningan, bungabetina bulat, garis tengah 2-5 cm, hijau.
Buah : Buah termasuk buah majemuk semu, bulat, berduri halus, garis tengah 10-15cm,coklat kekuning-kuningan, runcing syncarp diisi dengan banyak bibit dalam daging putih dengan tonjolan-tonjolan serupa duri lunak panjang dan pendek, agak lengket.
Biji : Bijinya berbentuk ginjal, panjang 1-3 cm, coklat
Sebaran
Dunia : Burma, Thailand, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa, Lesser Sunda Islands, Borneo (sepanjang pulau), Filipina.
Mungkin itulah saketek sekedar informasi untuk kito basamo, mungkin cik toghok yang kito makan salamo iko indak tontu bahaso Indonesia dan ilmiahnyo bagi do. Sekianlah informasi dari ambo mudah-mudahan ba manfaat untuk kito basamo.